Pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 saya kembali joyride dengan kereta, sebagai upaya penyaluran kecintaan saya terhadap Kereta Rel Listrik atau yang biasa disebut KRL transportasi massal yang cukup diandalkan saat ini oleh para komuter dari kota-kota satelit Jakarta untuk menuju ibukota. Ini adalah yang kedua kalinya saya melakukan perjalanan dengan kereta dari Bogor, setelah sebelumnya pada tanggal 5 Februari 2012 yang lalu saya ke Bogor dalam rangka mengunjungi Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi. Kembali ke topik, pada pukul 16:50 saya langsung "meluncur" ke Stasiun Bogor (BOO) dari Botani Square untuk memulai ritual joyride. Setelah tiba di stasiun saya pun membeli tiket KRL Ekonomi seharga Rp 2.000,-. Murah sekali memang, karena KRL Ekonomi alias "kereta kelas rakyat" ini disubsidi pemerintah melalui PSO (Public Service Obligation), sementara KRL Commuter Line tergolong kereta non-subsidi sehingga harganya relatif mahal yaitu Rp 9.000,- untuk perjalanan relasi Bogor - Jakarta. Dan saat saya memasuki peron stasiun, tak disangka ternyata KRL Rheostatik Marcopolo (telah menanti saya di Jalur 2. Saya pun langsung memotret KRL Ekonomi yang sedang hangat diperbincangkan oleh cukup banyak railfans itu.
|
KRL Ekonomi Rheos Marcopolo, dinobatkan sebagai KRL Ekonomi terkeren karena lampu depannya yang mirip bis itu. |
|
KRL ini tergolong kereta baru, tetapi sangat disayangkan masih saja ada oknum tak bertanggungjawab yang melakukan corat-coret di kereta yang padahal masih kinclong. |
Uniknya, KRL Ekonomi yang saya tumpangi ini adalah KRL Rheos Marcopolo dengan 4 kereta (
ingat: sebutannya "kereta" bukan "gerbong") yang dirangkai dengan KRL Rheos Stainless (KL3 781xx) dengan 4 kereta, sehingga total ada 8 kereta. Bicara soal kenyamanan, KRL Rheos Marcopolo ini cukup nyaman dan adem karena exhaust fannya berfungsi.
|
Sebelah kiri adalah KRL Rheos Stainless dan sebelah kanan adalah KRL Rheos Marcopolo. Kalah ganteng ya yang sebelah kiri? #plak xD | |
|
Penampakan kabin masinis KRL Rheos Marcopolo. Interiornya keren, elegan dan terkesan canggih. |
|
Sambil menunggu keberangkatan kereta, penumpang disuguhi hiburan mulai dari musik dangdut sampai pementasan drama singkat, seperti yang dilakukan oleh kelompok ini. Kreatif. |
|
Di Jalur 4 tersedia KRD Bumi Geulis tujuan Sukabumi dan di Jalur 6 tersedia KRL Ekonomi tujuan Jakartakota (JAKK) yang lebih dulu berangkat (17:05). |
Pukul 17:10 KRL Ekonomi relasi Bogor (BOO) - Jakarta Kota (JAKK) diberangkatkan. Saya pun langsung merapat ke pintu kereta yang memang tidak ditutup (maklum KRL Ekonomi) dan menikmati perjalanan. Dari kereta nomor 4 di rangkaian Rheos Stainless saya menikmati saat dimana kereta menikung dengan indahnya terutama saat melintasi petak Cilebut (CLT) sampai Citayam (CTA). Sayang saya tidak dapat mengabadikan momennya karena bagi saya terlalu berbahaya untuk mengabadikan dengan HP Galaxy Y yang cukup ringan ini. :facepalm:
|
Tiang LAA (Listrik Aliran Atas) peninggalan Belanda, di petak Bojonggede (BJD) - Cilebut (CLT). |
|
Pemandangan Cilebut, Bogor. |
|
Sejak kapan ada kereta Jepang nyasar ke Bojonggede? Bukan, ini memang KRL Tokyu 86xx eks-Tokyu Den-en-toshi Line yang kebetulan crossing (berpapasan) dengan kereta saya di BJD (Bojonggede), dan keretanya menampilkan display Futako-tamagawa. :v |
Di atas KRL Ekonomi, mungkin jika Anda baru pertama kali menaiki KRL Ekonomi kelas rakyat ini, jangan kaget bila sepanjang perjalanan Anda akan menemukan banyak sekali pedagang casing HP, pedagang earphone Beats Audio kelas KW alias abal-abal dengan harga mulai Rp 10.000,-, dan bahkan pedagang buah, pengamen solo, ibu gendong anak sampai pengamen kelas band kecil. Hal sama yang mungkin juga akan dapat ditemui pada Kereta Api Jarak Menengah (KAJM) dan Jarak Jauh (KAJJ) kelas rakyat alias Kelas Ekonomi non-komersial.
|
KRL kelas Ekonomi, satu-satunya kereta yang siap memanjakan Anda dengan hiburan full music, termasuk pengamen band ini karena sampai membawa piano keyboard dan speaker bahkan lengkap dengan vokalis, gitaris dan bahkan pianis yang menurut saya cukup berbakat. |
Sekitar pukul 17:30 kereta tiba di Stasiun Depok (DP) dan saya pun langsung berpindah tempat ke rangkaian Rheos Marcopolo di kereta nomor 6. Saya tidak lagi nongkrong di pintu, melainkan hanya dudk manis di tempat duduk sambil melihat hilir mudik penumpang, pedagang dan pengamen karena saya sendiri sudah agak hafal dengan rel petak DP - JAKK, maklum sudah berkali-kali saya lewat petak rel ini. #plakk Dan pada akhirnya, sekitar pukul 18:30 KRL Ekonomi yang saya tumpangi mengakhiri perjalanannya di Stasiun Jakarta Kota (JAKK).
Demikianlah laporan perjalanan saya kali ini, dan untuk kedepannya, saya akan menulis laporan perjalanan yang lain, tentu saja dengan kereta api (KA) atau kereta rel listrik (KRL), dan terima kasih telah membaca. :)